Wellcome To My Blog

HIDUP INI INDAH ANDAI KAU TAHU JALAN MANA YANG BENAR

21 Maret 2017

Wisuda Ade-ku

Alhamdulillah, pada hari itu (tanggal 29 November 2016), dua dari anak ibu yang hanya lulusan sekolah dasar (sd) sudah sarjana semua. Tak terbayangkan bisa sampai bertemu dengan hari ini. Hari dimana aku bisa menepati janji pada alm bapa untuk mengantarkan ade sampai wisuda.

Tidak mudah untuk bisa sampai ke hari ini. Apalagi dengan warisan uang pensiun pertama 418 ribu ( kiriman 500 ribu saat itu saja sudah pas-pasan). Maka bisa lulus kuliah saat itu pun, bagiku sudah sebuah keajaiban.

Saat pertama kerja, ibu sudah melontarkan pertanyaan yang menukik tajam "Gun sanggup ga untuk biayain ademu sekolah?" Saat itu langsung kujawab " insya Allah bisa Bu" jawaban saat itu hanya sebatas untuk menenangkan perasaan ibu yang sedang gundah. Jawaban itu pula saat dimana gajiku masih 1.4 jt, saat dimana biaya sekolah minimal 600 ribu (karena sma sudah harus kost).

Maka ketika aku bertemu hari ini, ini buah keyakinan dari kalimat yang aku pegang betul saat kuliah " kalau hari ini milikmu (milik anak-anak yang terlahir dari orang tua kaya), maka esok akan kuraih dan lusa akan kugenggam, walaupun dengan tongkat pensil kayu yang rapuh". Kalimat ini seperti jimat yang memiliki daya magis, sangat ampuh untuk membakar semangat dan mengikis rasa inferiorku saat itu.

Ya ini adalah hari esok yang aku nantikan dan hari lusa yang aku dambakan. Hari dimana semua janji menjadi bukti dan semua kata menjadi fakta. Walaupun mencapainya dengan modal keterbatasan yang ada. Tidak penting memang saat ini kita berada dimana, lebih penting kemana kita akan melangkah. Benar kiranya apa yang sering banyak orang bijak bilang, hari esok memang selalu menjadi milik orang yang percaya akan keindahan mimpi-mimpinya dan percaya bahwa hari esok pasti lebih baik. Allahu Akbar !!!!

13 September 2016

Selamat datang anak perempuanku

Pada hari Jumat tanggal 9 September 2016, anaku terlahir kedunia. Aku beri nama dia Aira Farhana Novizal. Ini menjadi sebuah anugerah yang cukup besar dalam hidup kami. Ya..walaupun jujur harus diakui tadinya berharap lahir anak laki-laki. Tapi setelah lahir ke dunia, apapun jenis kelaminnya saya syukuri. Apalagi terlahir dengan kondisi sehat dan tanpa cacat.

Tentu aku berharap kelahirannya akan menambah kebahagiaan di tengah keluarga kami. Juga menambah rezeki yang melimpah..Amiin. Penggalan nama Aira Farhana Novizal, agar memudahkan dengan nama kakanya sebelumnya yaitu Aisha Farhana Novizal. Tidak ada arti khusus pada kedua nama itu. Saya cuma berharap anak-anak bisa memberi kebahagiaan buat siapapun yang ada di sekitar mereka. Seperti nama Farhana yang berarti berbahagia. Semoga...

13 Agustus 2015

Gesekan dan Nilai Kebaikan

Terkait judul di atas. Itu muncul dari inspirasi saat berdiskusi santai dengan Paman saat mau balik ke Padang. Sudah sering sebenarnya kami diskusi semenjak dulu. Dari mulai jaman kuliah sampai awal-awal kerja, Um-lah (baca:paman) salah satu patner diskusi dalam segala hal kehidupan. Biasanya perbincangan akan semakin seru saat kita membicarakan hasil perenungan, pengamatan dan pemahaman baru dalam kehidupan.

Tak terkecuali saat lebaran kemarin. Dalam diskusi santai namun serius. Um berbicara masalah kenapa dalam hidup kita ada gesekan. Gesekan itu lanjutnya terjadi karena ada dua buah benda yang bersinggungan. Tidak mungkin gesekan terjadi hanya pada satu benda. Karena terjadi pada dua buah benda, pasti setiap bendanya memiliki andil untuk terjadinya gesekan. Tidak bisa kita menyalahkan satu benda saja.

Salah satu yang sering terjadi, yang Um kasih contoh adalah berapa banyak gesekan yang terjadi di jalan raya Jakarta saat macet. Kita terkadang menyalahkan keadaan Jakarta yang semerawut, macet dan tak teratur. Tanpa kita menyadari bahwa ternyata kita juga ikut andil dalam membuat Jakarta macet.
                                                                              ***

Nilai Kebaikan

Tema kedua dalam diskusi tersebut adalah tentang nilai-nilai kebaikan. Pesan yang akan disampaikan dalam kebaikan harus disampaikan dengan cara yang baik pula. Tidak bisa pesan kebaikan disampaikan dengan penuh kebencian dan kemarahan. Selain tidak akan sampai ke penerimanya, bisa jadi hal tersebut malah menimbulkan ekses negative. Pesannya tidak sampai justru terjadi malah miss understanding.

Pesan tentang kebaikan, apabila tujuannya sampai ke hati. Harus disampaikan dengan sepenuh hati. Bukankah Aa Gym pernah mengatakan bahwa hati hanya akan bisa disentuh oleh hati. Karena hati itu sifatnya yang sensitive. Maka harus hati-hati dalam menjaga hati.

Dalam ilmu komunikasi saya pernah mendengar bahwa cara menyampaikan kadang lebih penting dari apa yang disampaikan. Konten atau isi yang disampaikan tidak akan bisa tersampaikan kalau cara komunikasinya salah. Dalam hal komunikasi inilah hendaknya kita memiliki kecerdesan emosi yang bisa memahami apa yang dirasakan orang dan bisa berempati dengan apa yang sedang orang lain rasakan. Sehingga saat kita mau menyampaikan sesuatu maka tidak ada persaan orang yang terlukai dari apa yang kita katakan. Orang jawa bilang, kebaikan harus disampaikan dengan cara welas asih.

10 Agustus 2015

Kantor didatangi Polisi

Sebenarnya kejadian kantor didatangi polisi bukan barang baru buatku. Karena pada saat tugas di lampung beberapa kali juga kantor didatangi polisi. Hmm..mungkin inilah salah satu resiko bekerja di perusahaan pembiayaan. Dimana salah satu resikonya bersinggungan dengan customer yang bermasalah. Ini kembali lagi pada perkataan yang umum orang sering dengar bahwa setiap pekerjaan pasti ada resikonya. Bahkan pekerjaan yang santai sekalipun pasti ada resikonya yaitu penghasilan yang berkurang.

Beberapa kejadian yang mencekam pernah aku alami saat bertugas di Lampung. Kota lampung memang terkenal dengan karakter orangnya yang keras. Hal itu terlihat dari beberapa customer yang bermasalah. Di daerah ini ada beberapa daerah yang memang bermasalah secara karakter orang-orangnya. Kita menyebutnya "red area". Sampai pernah aku dilaporkan ke polisi karena customer merasa hak-haknya tidak dipenuhi. Sebelum lapor ke polisi customer melaporkan terlebih dahulu ke media masa.

Tidak mudah memang pekerjaan yang diemban saat ini. Bisnis pembiayaan saat erat bersinggungan dengan resiko. Tentu resiko sendiri bukan untuk dihindari. Secara teori resiko ada untuk dipelajari, setelah mengetahui maka cara mengatasinya dengan meminimalisir terjadi resiko tersebut. Di dunia ini tidak ada yang tidak ada resikonya. Bahkan menghindari resiko pun akan mendapatkan resiko yang lain.

Aku hanya berharap, semoga Tuhan memberikan kemudahan dan keselamatan selama aku mengemban tugas ini. Semoga aku diberikan kekuatan untuk bisa memimpin Cabang Padang dengan baik. Pemimpin bukan masalah posisi tapi action.

07 Agustus 2015

Ngeblog di Handphone baru

Ini adalah hari jumat. Tidak penting sih mengetahui hari ini hari jumat. Tapi hari ini aku lagi coba untuk nulis blog menggunakan handphone. Ya bedanya handphone yang aku punya ini OS nya berbasih windows. Agak aneh juga sih buat aku yang gaptek dalam teknologi. Semoga ini bias menambah semangat aku dalam menulis. Sehingga walaupun sibuk bekerja tetap bias menyempatkan diri untuk menulis. Semoga

30 Mei 2015

MINGGU PAGI INI

Sudah hampir lima bulan aku bertugas di Cabang Padang. Selama itu pula aku harus terpisah dengan anak istri tercinta. Aku diberi jatah oleh kantor bisa pulang sebulan sekali untung mengobati kerinduan. Selalu ada perasaan yang mengharu biru pada saat mau pulang. Antusiasme dan semangat sangat besar saat perjalanan pulang dari Padang ke Lampung.

Perasaan ingin bertemu anak sangat mendominasi kala itu. Bagaimana tidak, saya harus meninggalkan anak saya saat sedang lucu-lucunya sekitar umur 6 bulan. Aku banyak merasa kehilangan momen-momen terbaik sama anak. Karena itu insya Alllah bulan ini dia akan aku boyong untuk tinggal bersamaku di Padang.

Tentu yang sangat menyiksa saat hari minggu tiba, dimana aku punya banyak waktu kosong. Aku hanya bisa berdiam sendiri di kosan. Paling mentok ketemu kawan dan menikmati keindahan pantai padang sambil membaca buku. Coba kalau anak istriku ada disini, sudah pasti aku bisa mengisi waktuku dengan mereka.

Hmmm...sudah tak sabar menanti waktu itu tiba. Saat ini buatku, segalanya aku kerjakan buat anak nanti. Semoga aku diberikan kemudahan untuk terus bisa mencari rejeki. Dan tidak harus berpisah dengan anak istri untuk melakukannya
..Amiin.

23 Mei 2015

Welcome Aisha to Indonesia



Tahun 2014 menjadi sejarah baru dalam kehidupanku. Karena pas dtahun tersebut aku dikaruniai seorang putrid kecil yang cantik. Mengenai jenis kelamin dia yang perempuan memang sudah aku ketahui saat memasuki usia kehamilan enam bulan. Sempat agak kecewa sedikit di awal, karena sebelumnya memang aku menginginkan bayi laki-laki. Hanya saja perasaan itu hinggap sebentar saja. Setalahnya perasaan gembira, senang dan bangga karena sudah diberi anugerah oleh Tuhan berupa anak yang terlahir dengan sempurna dan cantik secara fisik.

Di awal masa kehamilan memang kami tidak terlalu serius member dia nama., Apalagi aku yang sudah kadung kecewa di awal karena bayi tersebut berjenis kelamin perempuan, maka untuk masalah pemberian nama, aku serahkan hal prerogative itu ke tangan istriku. Hanya saja di pertengan jalan akhirnya aku ikut terjun juga untuk mencari nama yang pantas dan bagus disematkan buat anaku nanti.

Kalau penulis besar macam William Shakespeare pernah mengatakan apalah arti sebuah nama. Tapi buatku nama sebegitu penting, karena nama itu dari doa dan harapan orang tua agar anaknya menjadi seperti apa kelak nanti. Singkat cerita akhirnya ketemulah nama Aisha Farhana Novizal. Agak berbau kearab-araban sih memang. Usut punya usut nama tersebut kurang lebih seperti ini maknanya, nama Aisha diidentikan dengan nama anak perempuan sedangkan Farhana itu bermakna bergembira dan Novizal..he3..itu jelas nama yang diambil dari nama belakangku (narsis). Jadi Aisha Farhana Novizal, kurang lebih maknanya anak perempuan dari Novizal (baca : bapknya) yang bergembira.

Besar harapanku sebagai orang tuanya. Kelak anak ini akan menjadi manusia yang kehadirannya selalu dinantikan. Ketidakhadirannya selalu dirundukan. Karena kehadirannya bisa memberi kegembiraan. Dimanapun dia berada bisa menjadi pembeda. Memberi arti dan manfaat buat orang banyak. Aku juga berharap anaku nanti jauh lebih hebat dan jauh lebih sukses dari orang tuannya. Bisa menjadi tumpuan dan harapan  buat orang sekitarnya. Berlebihan mungkin rasanya bagi sebagian orang, tapi buatku itu wajar.

Kehadirannya menjadi pelita cahaya saat aku merasa dalam kegelapan. Laksana embun di pagi hari. Oase di tengah padang pasir yang tandus. Multivitamin saat aku merasa lelah. Dan karenanya aku merasa tidak ada alas an untuk aku menyerah dalam kehidupan ini. Semua yang aku kejar dalam hidup, pada akhirnya bermuara untuknya. Semoga aku bisa menjaga amanah yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Mendidik dia menjadi anak yang tidak hanya pintar tapi juga sholehah…Amiin

17 Januari 2014

Istri Sakit

Hari ini tanggal 17 januari 2014. Aku sudah disibukan oleh istriku yang ternyata mengalami demam. Panasnya tidak turun-turun dari semalam, sehingga mengharuskan aku membawa dia ia dibawa ke dokter. Ini kali pertama membawa dia ke rumah sakit. Jujur aku memang sempat merasa kesal, karena tidak enak saja harus meninggalkan kantor, sedangkan pekerjaan rumah juga masih menyisakan cukup banyak.

Saat itu aku berpikir kenapa tidak menunggu hari sabtu atau minggu saja sakitnya. Bukannya sok loyal dengan kerja, tapi buatku itu merupakan tanggung-jawab yang harus diemban. Buatku kepercayaan itu mahal. Untuk menumbuhkannya butuh waktu. Tidak bisa dengan sekejap membangunnya. 

Di sisi lain aku dihadapkan pada sakit yang diderita oleh orang yang aku sayangi, yang memang saat ini butuh perhatianku. Konflik kepentingan ini memang aku rasakan. Syukur akhirnya aku bisa melewati hari ini dengan baik. Walaupun datang ke kantor sudah menjelang sore, tapi semua approval dan pekerjaan bisa dijalankan dengan baik. Tentu berharap istriku cepat sembuh. Sehingga bisa memberikan senyum terbaiknya untuk aku, sehingga dalam menjalani kehidupan ini lebih ringan. Istri laksana satu sayang yang melengkapi kita untuk bisa terbang. Bila sayap itu rusak atau patah, tentu kita juga akan kesulitan untuk terbang. Get well soon my wife. Luv u..

11 Januari 2014

Welcome 2014

Foto Prewedding
Sejenak tertegun agak lama saat aku akan memulai sebuah tulisan ini. Lama rasanya jemari ini tidak aku pergunakan untuk mengetik sebuah tulisan. Perasaan yang ada hanya bingung dan canggung.Bagaimana cara memulai untuk menulis lagi. 

Tahun 2013 cukup bersejarah dalam hidup saya. Karena ditahun itu saya menemukan belahan hati saya yaitu wanita yang mau diajak menikah. Namanya Hesti Mulyana. Ya tanggal 22 Desember 2013 kami menikah.

Ini jelas menjadi babak baru dalam perjalanan hidup saya. Ini menjadi sebuah awalan.Ini baru lembar pertama yang aku buka untuk menjalani mengarungi samudera kehidupan. Semoga aku bisa menjadi nahkoda yang tangguh untuk bisa membawa perahu cinta ini dalam mengarungi lautan lepas yang penuh dengan ketidakpastian. Aku diberikan kekuatan dan kapasitas yang cukup mumpuni untuk bisa menjadi imam yang baik. Tidak hanya buat istriku, tapi buat anak-anaku nanti. 

Banyak mimpi yang aku semai saat mengikrarkan hidup bersamanya. Besar harapan bahwa dia memang orang yang tepat yang Tuhan kirimkan untuk melengkapi tulang rusuki yang katanya gilang sebagaian. Semoga dia bisa melengkapi menjadi sepasang bidadari sebagaimana Ipho Santosa menceritakannya. Membuka lebar pintu rejeki yang masih tersimpat di atas. Menjadi alasan aku untuk berjuang dan melakukan yang terbaik dalam segala hal. Saya juga percaya bahwa di balik lelaki yang hebat terdapat wanita yang kuat yang selalu mendukungnya. Semoga kamu tidak hanya enak ditonton tapi bisa menjadi tuntunan juga...amiin.

23 Agustus 2013

Tak Ada Kata Jumawa


Sekali lagi Tuhan menghadapkan saya pada sebuah kondisi sulit dan berbahaya. Bila di flashback ke belakang sudah tidak terhitung rasanya. Apalagi setelah sepeninggalnya alm bapak, entah berapa banyak kesulitan itu datang silih berganti. Ingat betul bagaimana dulu saya harus berjibaku saya berjuang untuk bisa melanjutkan kuliah hingga akhirnya lulus. Perjalanan kehidupan nyatanya tidak selalu mulus, penuh kerikil dan bebatuan.

Mencari pekerjaan yang bisa membuat cukup untuk kehidupanku dan membantu adeku untuk sekolah ternyata cukup berat. Bayangkan saja selama dua tahun saya harus puas dengan gaji sebesar 1,5 juta saat bekerja di sebuah kantor akuntan publik. Itu terjadi sekitar tahun 2008-an. Saat itu saya bertahan hanya karena dapat banyak pengalaman dan beberapa perjalanan ke luar kota yang cukup membuatku menarik.

Teringat saat itu ada salah satu saudara yang menanyakan kepada ibu, berapa gajiku. Tanpa beban ibu menjawab seadanya. Ibu dibuat kaget dengan tanggapan dan respon yang dikatakan oleh saudara sesaat setelah mendengar jawaban ibu. Dia berkata dengan enteng “Memang masih ada ya gaji segitu di Jakarta sekarang?”. Mendengar perkataan itu sontak saja membuat ibu merasa sedikit tersinggung. Setidaknya itu terlihat dari rona wajahnya yang layu. Saya pribadi tidak pernah menaruh dendam terhadap saudara saya itu. Sekedar sakit hati atas ucapannya pun tidak. Hanya saja saat melihat roman muka ibu pasrah. Dalam hati saya bertekad suatu saat nanti akan membuat dia bangga dengan anaknya.

Waktu memang bergulir serasa begitu cepat. Rasanya masih baru kemarin ucapan itu terngiang ditelingaku. Sekarang saya sudah pada posisi yang cukup jauh berbeda. Waktu seolah berpihak pada siapa saja yang mau berusaha dan berjuang tanpa lelah untuk merubah nasib hidupnya.

Adalah suatu sore yang cukup indah, tiba-tiba handphone berdering. Ternyata saudara saya yang diceritakan itu telepon. Saat itu dia berniat untuk berkunjung ke kantorku. Singkat cerita akhirnya kita bertemu di kantor. Ditemani segelas teh hangat yang dibuat oleh OB (office Boy) kantor, kita ngobrol ngalor-ngidul. Dari cara bicaranya jelas tersimpan rasa penasaran mengenai jenis pekerjaan dan posisi yang saat ini saya pegang. Memang tidak nampak muka kaget yang dia perlihatkan. Tapi saya paham betul dari gesture tubuhnya dan cara dia bicara, seolah dia juga tidak mau kalah. Buatku saat itu tidak ada istilah menang kalah. Saya hanya sedang menjamu saudara yang ternyata bertemu di tempat yang cukup jauh dari tanah kelahiranku.

Momentum saat itu buatku bermakna bahwa saya bisa menjadi sesorang yang bisa “dilihat”. Istilah kerennya from nothing to something. Kehidupan akhirnya berbicara dengan bahasanya sendiri. Ada bahasa universal yang bisa dipahami dan berlaku buat siapapun. Teringat pepatah arab “man jadda wa jadda”, siapa yang bersungguh-sungguh, dia yang berhasil. Pengalaman ini yang telah saya jalani. Di luar sana, lebih banyak lagi kejadian yang bisa diambil hikmahnya apabila kita mau belajar.

Pemahaman ini menjadi semacam alarm buat diri ini agar tidak jumawa, saat berada di posisi atas. Tidak memandang remeh dan rendah pada orang yang posisinya di bawah. Kita tidak pernah tau masa depan nanti. Mungkin saja orang yang saat itu kita hina, ternyata dikemudian hari menjadi seseorang yang lebih berhasil dari kita.

Ini soal cerita lain lagi. Nyata yang ada di lingkungan keluarga. Tanpa bermaksud untuk menceritakan kejelekan atau aib orang. Ini hanya sebatas bahan refleksi untuk jadi pembelajaran bersama. Saat itu ada saudara saya, sebut saja Bu De, dia bertanya pada keponakannya yang masih kecil apa cita-citanya nanti. Kebetulan keponakannya itu terlahir dari keluarga yang lebih sederhana dan dengan tingkat pendidikan yang kurang. Dengan polos anak kecil itu menjawab ingin menjadi bidan. Mendengar jawaban anak kecil itu, Bu De menarik bibir ke samping atas dan berkata “oowh”. Setengah nada tak percaya apalagi bila melihat anaknya sendiri gagal menjadi perawat karena keburu dinikahin pacarnya.  Kehidupan berkata lain, nyatanya setelah beberapa tahun akhirnya terbukti bahwa anak kecil itu sudah menjadi bidan, sedangkan anaknya sendiri (anak Bu De), tetap menjadi ibu rumah tangga (mohon maaf tanpa merendahkan profesi yang mulia itu).

Itulah kehidupan, kita senantiasa harus memelihara sikap rendah hati (tawadhu) walaupun mungkin kesuksesan kita pantas untuk dibanggakan. Tetap menghargai orang lain bagaimanapun kondisinya, dan mau terus belajar terhadap sesuatu yang baru. Sehingga kita tidak disalip oleh orang yang dibawah kita. Atau kalau pun kita tersalip, kita punya ketahanan mental yang cukup dan tidak ada perasaan iri dan dengki di hati.

30 September 2012

Cabang Manado

Belum genap 5 bulan aku menetap di Pulau Sulawesi (Kota Manado), karena alasan untuk untuk kepentingan perusahaan dan kebijakan manajemen, akhirnya aku ditarik lagi ke Pulau Sumatra. Masih ingat betul padahal tanggal 20 April 2012, saat pertama menginjakan kaki di Kota Manado. Sebuah kota yang kata sebagian orang yang pernah kesana dan merasakan atmosfer-nya disebut-sebut kota yang sangat nyaman dan ramah untuk dihuni.

Dalam pengertian yang amat populer, Kota Manado terkenal dengan sebutan 4 B nya. Dimana itu menggambarkan inisial dari kata perkatanya. Huruf B yang pertama yaitu Bubur manado. Orang sana bilang tinutuan yang artinya bubur khas manado. Lalu B yang kedua Bunaken. Siapa yang tahu tahu bunaken. Daerah yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Banyak wisatawan dalam maupun luar negeri yang berkunjung untuk bisa menikmati indahnya ekosistem bawah laut. Lanjut B yang ketiga Boulevard. Lokasi ini merupakan surganya untuk berbelanja, makan dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Lalu B yang terakhir yaitu Bibir...he3. Kalau B yang terakhir tak usah diragukan lagi, manado sarangnya wanita-wanita cantik. Setidaknya itu yang aku lihat dan rasakan selama disana.

Aku sejujurnya tidak henti-hentinya berdecak kagum, menikmati keindahan Kota Manado. Dengan topografi yang menarik, dimana jantung dan pusat kotanya berdekatan dengan laut. Karena kedisiplinan warganya dalam membuang sampah, berdampak pada air laut yang relatif masih bersih, untuk ukuran laut yang berdekatan dengan pemukiman. Biasanya kita bisa menikmati air laut yang biru bila dimengunjungi pulau yang jauh dari jamahan tangan manusia.

Tentu tidak hanya kondisi alamnya yang membuat aku betah selama disana. Orang-orang nya pun tidak luput dari pengamatanku. Sikap toleransi yang cukup besar ditunjukan mereka. Karena pada saat saya berada disana jumlah muslim yang saya temui ternyata tidak terlalu banyak. Tapi dalam berbagai kesempatan, saat ada acara syukuran, mereka memilah-milah makanan yang nasional (halal) dan makanan internasional.

Paling sering bersinggungan tentu saja teman satu kantor.  Merekalah yang setiap hari bertemu. Tidak susah untuk mengetahui karakter mereka. Dengan kebiasaan dan rutinitas sehari-hari dengan mudah bisa diketahui. Tidak ditulisan ini aku jelaskan detail mereka. Intinya selama disana saya merasa sangat bahagia. Merasa nyaman. Waktu yang cukup singkat, tidak mengurangi besarnya kenangan selama disana.

Aku bersyukur, karena perjalanan hidup yang aku lalui ini, menambah daftar panjang pengalaman aku. Walaupun terkadang aku merasa lelah. Ingin berisstirahat ditempat yang nyaman dalam waktu yang lalu. Tapi selalu aku yakini semuanya ini tidak kebetulan. Pasti ada maksud dan tujuan kenapa Tuhan memberikan pengamalan ini. Ini yang suatu saat nanti akan jadi modal yang sangat berharga, karena didunia ini ada hal yang tidak bisa dibeli, dipelajari, ditiru atau dicuri. Hal itu adalah PENGALAMAN, karena sejatinya pengalaman hanya diperoleh dari jalan melakoninya atau menjalaninya…tidak kurang tidak lebih.



10 Desember 2011

ANTARA BERKURBAN DAN KORBAN PERASAAN

Selamat hari raya Idul Adha buat seluruh umat Islam yang sedang merayakannya. Semoga kita dapat memahami dan menangkap pesan moral dari apa yang dinamakan berkurban.

Sejarah Idul Adha dimulai masa Nabi Ibrahim AS yang hidup ribuan tahun lalu diminta oleh Allah untuk menyembelih putra kesayangannya yaitu Nabi Ismail AS. Kepasrahan, ketaatan dan kecintaan kepada Sang Pencipta yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS dengan merelekan anak kesayangannya untuk “dikurbankan”.

Makna filosofis dari ibadah kurban terlihat dari simbolisasi Ismail sebagai sesuatu yang sangat dicintai, sesuatu yang berharga. Tapi harus direlakan untuk “dikurbankan” kepada Sang Maha Segala. Dalam kontek kekinian sesuatu yang berharga mungkin itu bisa dianalogikan dengan rumah megah, harta yang melimpah, perhiasan dan mobil yang mewah serta luasnya tanah.

Berkurban mengajarkan kita untuk tidak terlalu cinta dunia. Berapa pun banyak harta yang kita punya toh akhirnya tidak akan dibawa mati. Seperti pepatah gajah mati hanya meninggalkan gadingnya, harimau mati meninggalkan belangnya, nah kalau manusia mati hanya meninggalkan nama baik dan amal ibadahnya selama dia hidup. Dengan berkurban kita diajari bagaimana merelakan apa yang kita cintai, dalam hal ini bersifat keduniawian, yang dalam hal ini disimbolkan oleh hewan kurban untuk dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan.

Makna lain dari berkurban adalah mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan. Dengan berkurban merupakan wujud syukur kita atas rejeki yang sudah diberikan Tuhan, sehingga akhirnya kita bisa membantu orang yang tidak mampu untuk melupakan sejenak kesulitan dengan ikut merasakan rejeki yang diterima lewat dia. Makna untuk berbagi disini sangat kental, sehingga bisa mengikis rasa kecemburuan social antara si miskin dan si kaya.

Lalu apa hubungannya Hari Raya Kurban dengan korban perasaan, sepertinya tidak ada yang nyambung? He2.. Buat orang lain mungkin hal ini tidak ada kaitannya, tapi buat aku pribadi ini sangat erat. Karena seperti biasanya, sama layaknya tahun-tahun sebelumnya, Idul Adha kali ini juga, aku tetap berada di tempat mengembara. Rasa rindu semakin sesak di dada, bila ingat keluarga disana.

Aku harus merelakan indahnya kebersamaan untuk merelakan hari raya bersama orang-orang tercinta. Semua ini aku lakukan tentu untuk bisa menggapai asa dan cita. Inilah “Kurban” perasaan yang selalu alami saat hari raya. Tapi tak apalah toh ini semua untuk bisa membantu keluarga dan orang-orang tercinta. Aku bisa menjadi pribadi yang mandiri tanpa merepotkan lagi orang tua, bisa membantu ade untuk terus meneruskan cita-cita, bisa menjadi anak kebanggaan orang tua.

Dan terakhir tentu aku berharap bahwa “kurban” perasaanku saat ini dalam rangka untuk bisa membangun kepantasan agar mendapatkan seseorang yang akan menjadi teman untuk menua bersama, hidup setia dalam suka dan duka. Walaupun mungkin hidup sederhana dengan makan sepiring berdua dan tinggal digubuk derita (ah lebay.. kalau ini pasti terilhami dari lagu Hamdan ATT).

Salam Rindu buat orang-orang tercintaku disana.