Wellcome To My Blog

HIDUP INI INDAH ANDAI KAU TAHU JALAN MANA YANG BENAR

18 September 2010

MIMPIKU TERTUNDA SETAHUN LAGI

Sore itu sengaja aku pulang cepat dari kantor, jam dinding masih menunjukan pukul 3 sore, saat dimana biasanya aku masih sibuk dengan rutinitas kerjaanku sehari-hari. Sedikit aga tergesa aku pacu kendaraan roda duaku, agar cepat sampe ke kosan. Saat itu memang hari terakhir aku kerja, sebelum liburan lebaran tiba. Banyak perasaan berkecamuk saat itu. Ada rasa senang, bahagia dan antusias karena akan pulang mudik lebaran dan bertemu dengan keluarga dan saudara di kampong. Ada juga perasaan malas, bila ingat perjalanan yang akan ditempuh.

Sebelum keberangkatan menuju pangkalan travel yang biasa digunakan, aku cek dulu semua barang2 yang akan aku bawa pulang. Dari mulai baju, celana, laptop, buku dll, semua aku cek satu persatu. Tak ketinggalan pula terselip oleh2 yang special buat ibuku tercinta. Sebuah mukena cantik yang sengaja aku beli dari Pasar tanah Abang. Mukena yang akan jadi oleh2 teristimewa, karena selain ibu memang menginginkannya, untuk sebuah oleh2 barang itu sangat bermanfaat, begitu pikirku saat itu.

Dalam perjanan yang dibumbui dengan kemacetan khas mudik lebaran. Sulit bagiku untuk memejamkan mata barang sebentar saja. Sambil sesekali aku menolehkan muka ke plastik hitam berisi mukena, sengaja aku tidak masukan ke dalam tas, karena selain sudah tidak muat, aku inginkan mukena itu barang yang langsung aku tunjukan saat sampai di rumah nanti.

Sekitar jam 5.30 pagi, mobil yang membawa rombonganku pulang sudah sampe di tanjung (red : daerah brebes yang berbatasan dengan losari). Karena ada kelainan pada mobil, akhirnya rombongan rehat dulu, sambil menunggu mobil diperbaiki. Dua jam waktu berlalu, mobil itu tak menunjukan tanda-tanda akan berangkat. Dengan perasaan yang sedikit kesal, akhirnya aku putuskan untuk naik ojeg saja, pikirku biar cepat sampai ke rumah. Tak sulit buatku mendapatkan tukang ojeg, karena begitu aku turun pun mereka sudah menghampiriku, seperti semut yang menghampiri gulanya…he3…

Perjalanan menuju rumah, aku tempuh dengan naik ojeg, disepanjang perjalanan aku isi dengan percakapan dengan Tukang ojegnya, sembari menikmati segarnya udara dan hijaunya pohon di sepanjang jalan. Perjalanan itu begitu aku nikmati, sampai akhirnya perasaan itu terhenti saat Tukang Ojeg itu menanyakan ada berapa plastik yang menggantung disamping motornya. Aku jawab ada dua, yang satu berisi mukena dan satunya lagi berisi makanan. Dan betapa kagetnya aku ketika mengetahui kenyataan bahwa plastik yang menggantung di motor itu tinggal satu, dan yang tersisa hanya plastik yang berisi makanan…..

Seketika itu perasaanku sudah mulai gundah, saat dimana aku menyadari kalau mukena, oleh2 yang sengaja aku bawa ternyata telah tiada. Ada perasaan hampa dan malas untuk melanjutkan sisa perjalanan, aku begitu kesalnya, cuma bingung mau aku tumpahkan ke siapa rasa kesal itu. Menyalahkan tukang ojeg pun jelas tak ada gunanya, karena belum tentu barang itu akan kembali lagi.

Sesampainya di rumah, aku cium tangan ibuku, lalu terdiam dan termangu….Belum lagi sempat ibu bertanya, aku sudah langsung minta maaf dan bercerita kalau mukena yang aku bawa itu jatuh dalam perjalanan pulang. Saat itu ibu hanya bisa berkata, ‘ya sudahlah, yang penting kamu selamat”. Namun perkataan itu seperti itu tetap saja belum melegakan hatiku.

Kekecewaan itu semakin memuncak saat hari raya tiba, dalam hati, jujur tak kuasa aku menahan haru, mendapati kenyataan kalau kalau mukena itu telah hilang. Aku melihat layu pada ibuku yang memakai mukena lamanya untuk sholat dihari raya. Saat itu aku bergumam lirih dalah hati…Ya Tuhan..mimpiku tertunda setahun lagi…..